TEMPO.CO, Jakarta -
TEMPO.CO, Jakarta- Antusias masyarakat Indonesia untuk memandang konser asal grub band Inggris, Coldplay begitu tinggi. Pada Jum’at, 19 Mei 2023, ketika tiket dibuka pukul 10.00 WIB dalam hitungan jam, tiket ludes terjual habis.
Salah satu pembeli tiket, Viotty Danar Ganesya Pusung, dari Jakarta, mengaku bahwa dia pun sudah menyiapkan jauh-jauh hari untuk bisa menonton konser nan di gawangi oleh Chris Martin. Bahkan rela menjual barang-barang di rumahnya seperti kulkas, sepeda, dan sepeda motor.
Hasil nan diperoleh sebesar Rp 5 juta. Jika dihitung dengan tiket nan Danar pilih ialah tiket ultimate experience dengan nilai Rp 11 juta, tidak membuatnya putus asa untuk memandang konser nan diimpikan nan beranggotakan empat orang. Pria nan berumur 31 tahun itu mengaku bakal tetap berupaya dan war untuk mendapatkan tiket tersebut. (sumber : Menelisik Geliat Ekonomi dari Special Event Konser Coldplay - Fokus Tempo.co)
Selama berkarya baik penjualan album, royalty lagu, dan tur konser, Coldplay telah meraup kekayaan nan banyak. Dirujuk dari dexpert.co.id konser terakhir pada Agustus 2022, penjualan album A Rush of Blood to the Head menghasilkan US$19,5 juta alias sekitar Rp289 miliar. Tidak hanya itu, tur A Rush of Blood to the Head juga memberikan untung US$6,26 juta alias sekitar Rp92,8 miliar untuk Coldplay.
Lantas, gimana awal karir Coldplay hingga di tahap puncak karir ini ?
Grup band nan beranggotakan Chris Martin sebagai vokalis, Jonny Buckland sebagai gitaris, Guy Berryman sebagai basis, dan Will Champion sebagai drummer dan perkusionis itu berjumpa ketika menempuh pendidikan di University College London (UCL) dengan nama grup band Starfish dari tahun 1997 hingga 1998.
Iklan
Berjalannya waktu, nama Starfish berubah menjadi Coldplay. Pada tahun 1998, Coldplay merilis EP pertama berjulukan safety. Tahun 1999, Coldplay resmi mengeluarkan albumnya berjulukan Parachuters nan salah satu singlenya “Yellow” meraih penghargaan Grammy Award dengan kategori Album Alternatif terbaik dan nominasi Mercury Prize.
Hal nan sama diraih Coldplay di tahun 2002, mereka sukses menuliskan namanya di sejarah dengan memenangkan penghargaan Grammy untuk rekaman terbaik pada album keduanya A Rush of Blood to The Head.
Di tahun 2021, Coldplay berinovasi dengan beraneka ragam aliran musik seperti electronica, ambien, pop, R&B, klasik, dan rock progresif nan tertuang pada album berjulukan Music of the Spheres.Pada laman Coldplay Cetak Rekor Baru Penjualan Album di 2021, Begini Kisahnya (idxchannel.com) dari album itu, meraih posisi teratas penjualan dengan total 101.000 penjualan serta sebagai album penjualan tercepat.
Pilihan penyunting :
Selalu pembaruan info terkini. Simak breaking news dan buletin pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.